Wahyudi Siregar - Okezone
MEDAN – Kelangkaan BBM bersubsidi jenis solar masih berlangsung di Medan. Sejumlah SPBU terlihat sudah memampangkan plang bertuliskan “Solar Habis” di pintu masuk SPBU-nya. Namun di sejumlah SPBU lainnya yang masih memiliki pasokan solar, terlihat antrian panjang.
Seperti di SPBU 14.202.118 jalan HM Yamin, Medan. Satu unit mesin pompa BBM jenis solar yang ada di SPBU itu sudah tidak lagi dioperasikan karena kehabisan stok solar.
Operator mesin pompa SPBU, Rahmat mengaku, kondisi serupa sudah terjadi sejak awal pekan. Meski, dia tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah pasokan Pertamina ke SPBU tersebut, namun solar selalu habis jauh lebih cepat dari biasanya. Padahal menurutnya, kenaikan permintaan solar hanya bertambah sedikit dibandingkan hari-hari biasanya.
"Sudah mulai dari Senin kemarin kayak begini. Truk tangki ada yang masuk setiap dua hari sekali. Tapi itu lah, setiap ada pasokan, masih siang udah habis. Kita memang belum membatasi pembelian. Satu sisi kasihan juga lihat orang yang datang mau beli solar tapi enggak ada. Tapi di sisi lain, ya ringan juga jadinya pekerjaan kita," jelasnya kepada Okezone, Jumat (5/4/2013).
Sementara itu informasi yang didapatkan Okezone, kondisi berbeda terjadi di SPBU 14.20111.40 di Jalan Platina Raya Titi Papan Medan Labuhan. SPBU yang masih memiliki stok solar itu diburu masyarakat, hingga membuat antrian sepanjang hampir satu kilometer (km).
Bustam, salah seorang supir kenderaan pengangkut beras yang ikut mengantre di SPBU tersebut mengaku, baru bisa mendapatkan solar setelah mengantrian sekitar dua jam. Itu pun pembelian dibatasi hanya untuk 30 liter. Sebelumnya, dia telah mendatangi empat SPBU di wilayah yang tidak terlalu jauh dari lokasi SPBU tersebut, namun semuanya tidak lagi memiliki solar.
"Tadi sempat enggak mau antri. Tapi ternyata SPBU yang dekat sini udah enggak ada lagi yang punya solar. Setelah antre dua jam baru dapat. Itu pun cuma 30 liter. Pertama enggak dibatasi, tapi kita maklum juga lah, yang antri masih panjang. Ada sekitar 1 kilometer. Entah dapat ntah enggak mereka itu nanti," jelasnya ketika dihubungi.
Sementara itu, Asisten Customer Relation PT Pertamina FRM Wilayah Sumatera Bagian Utara, Sonny Mirath saat dikonfirmasi terkait kekosongan itu mengatakan, kekosongan itu sebagai dampak dari habisnya pasokan solar bersubsidi di Pertamina.
Ia mengaku kenderaan pengangkut hasil pertambangan, kehutanan, perkebunan dan industri hingga saat ini belum kooperatif mematuhi peraturan menteri ESDM, yang sudah melarang ketiga jenis kenderaan tersebut menggunakan solar bersubsidi.
Pertamina sendiri diakuinya belum bisa melakukan pembatasan, karena belum adanya stiker pembatasan yang harus diterbitkan pemerintah daerah. Sementara Pertamina juga tidak lagi bisa menambah pasokan, di luar kuota yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Para supir juga tidak kooperatif. Kalau kita tidak lagi bisa menambah pasokan diluar kuota. Soalnya kan sudah overkuota. Kita juga bukan tidak memberikan solusi, kita sudah hadirkan outlet solar non subsidi, tapi enggak laku. Padahal berapapun yang dibutuhkan kita siap menyalurkan. Jadi jangan kita terus yang disalahkan. Pemerintah daerah juga belum membuaty stiker sampai hari ini," tandasnya.
Pertamina sendiri diakui Sonny sudah melakukan pengendalian, tetapi penyaluran solar bersubsidi di Sumut sudah melampaui kuota sekitar 5 persen. Hingga 19 Maret, penyaluran solar bersubsidi Sumut sudah 227.197 kiloliter (kl) dari kuota yang hanya 219.790 kl. Sementara Kuota solar Sumut sepanjang 2013 sebanyak 1.028.271 kl dan ditambah premium 1.644.454 kl. (wan)
(wdi)